Menikmati Satu-satunya Lomie di Ciamis

Hari kedua dan ketiga lebaran kami (saya dan keluarga) habiskan di rumah orang tua saya, setelah sebelumnya bersilaturahmi ke saudara-saudara keluarga istri di Panumbangan.

Sesampainya di rumah, di hari kedua kami nggak kemana-mana lagi karena udah lelah. Rasanya ingin menikmati suasana rumah aja, bercengkrama bersama kedua orang tua.

Di hari ketiga, istri (lagi-lagi) ngajak kulineran. Tim “hayu” udah pasti nggak bisa nolak dong, haha. Rencana awal mau nyeblak di Cikoneng, tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya mending makan lomie aja. Lokasinya lebih dekat daripada lokasi seblak yang kami maksud. Ditambah, istri juga sebelumnya baru pertama kali makan lomie, itu juga pas awal-awal nikah.

Nama tempatnya Lomie Bakso Ulil. Wargi Ciamis yang suka kuliner harusnya udah nggak asing sama kedai yang satu ini. Lokasinya di Maleber, di seberang lapangan setelah SMKN 2 Ciamis. Tepatnya di dekat kantor BKPSDM Ciamis, sejajar dengan kedai bakso Kang Dani.

Dokumentasi pribadi.

Sesampainya di sana, ternyata ramai oleh pembeli, tapi nggak sampai antri parah seperti di kedai-kedai bakso. Sepertinya memang nggak ada yang bisa ngalahin bakso di hari lebaran.

Kami pesan 2 porsi. Istri pesan lomie babat, sedangkan saya lomie bakso. Minumnya 2 teh manis dingin dan 1 jus stroberi untuk anak saya. Menunya ada banyak dan variatif.

Lomie bakso dan lomie pangsit. Dokumentasi pribadi.

Kalau masalah rasa mah no debat. Enak! Sepertinya karena ini juga Lomie Bakso Ulil udah eksis sejak saya SMA, kurang lebih sekitar 10 tahun. Dulu kedainya nggak sebesar sekarang, masih di sebuah rumah yang kecil.

Yang khas dari lomie ini menurut saya itu ada di kuahnya yang kental, mirip putih telur. Awalnya malah saya kira kuahnya ini beneran putih telur 😆

Buat yang lagi main ke Ciamis, boleh banget mampir ke sini. Lokasinya di sini ya: https://maps.app.goo.gl/DykwwUgF7VAtL1q67

Mie Bakso Ojolali Mas Pur: Rekomendasi Mie Bakso di Cisaga

Di perjalanan mudik kemarin, kami mampir ke sebuah warung bakso di Cisaga. Kalau dari arah Pangandaran, lokasinya berada di sebelah kanan jalan, sebelum pom bensin. Namanya Mie Bakso Ojolali.

Warung bakso ini ramai sekali dikunjungi pembeli. Lebaran memang identik dengan makan bakso, selain baju baru dan opor ayam. Selama kami berada di sana, antrian pembeli hampir nggak berkurang sama sekali.

Selain bakso, warung bakso ini juga jual mie ayam. Karena lagi lebaran, dari sekian banyak pembeli, saya nggak melihat ada yang beli mie ayam 😄

Saya suka tekstur baksonya, nggak terlalu lembek. Kenyalnya berasa. Bakso besarnya juga saya suka. Kalau dibelah, isinya ada 2 daging yang sudah dihaluskan dan dibentuk bulat, ditambah 1 telur puyuh. Tekstur mie nya juga nggak kalah dengan tekstur bakso.

Mie Bakso Ojolali Mas Pur di Cisaga. Dokumentasi pribadi

Harga bakso per porsi ada di kisaran 15 sampai 18 ribu. Saya nggak tahu persisnya karena istri cuma ingat totalnya berapa. Kalau pembaca yang budiman nanti lewat ke Cisaga, boleh banget mampir ke bakso ini. Ratingnya 9/10 👍

Lokasinya bisa dicek di sini: https://maps.app.goo.gl/RpenMMuVoK2E2aD7A

Ramadhan 1445 H: Sebuah Catatan Pengingat

Gema takbir berkumandang di berbagai penjuru, setelah pemerintah menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024. Tak terasa 29 hari berlalu sudah, kaum muslim menunaikan ibadah shaum di bulan suci Ramadhan.

Di perjalanan pulang selepas shalat Isya di mesjid, sambil membaca takbir, saya merenung. Dimulai dari mengingat-ingat kembali komitmen saya sebelum memasuki bulan suci Ramadhan–saya ingin memperbaiki kualitas amal dan ibadah saya, membangun kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW.

Di satu sisi, saya merasa bahwa amalan yang saya lakukan masih belum maksimal. Di sisi lain, saya bersyukur karena setidaknya, menurut saya sendiri, bisa dibilang komitmen saya tahun ini terealisasi, setidaknya untuk bare minimum yang telah saya tetapkan.

Meskipun begitu, saya mewanti-wanti diri sendiri supaya jangan berpuas diri, apalagi soal ibadah, karena kita tidak akan pernah tau ibadah mana yang diterima oleh Allah SWT.

Tantangan utamanya sebenarnya bukan selama Ramadhan. Justru setelahnya–tentang bagaimana kita tetap konsisten melakukan ibadah-ibadah yang kita lakukan selama bulan suci Ramadhan. Ini yang sulit, tapi harus bisa. InsyaAllah.

Selamat hari raya Idul Fitri 1445 H. Taqabalallahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin.

Selamat menikmati momen-momen bersama keluarga dan kerabat. Mari kita rehat dulu sejenak dari dunia kerja dan hiruk-pikuk lainnya. Salam hangat dari penulis dan keluarga kecil penulis untuk keluarga pembaca yang budiman.

Mengunjungi Situ Yang Airnya Warna Biru di Majalengka

Hi!

It’s been a while since I wrote my last post. Entah ada angin apa tiba-tiba kangen nulis di blog lagi. AH, mungkin efek dari kemarin main ke Majalengka. Awalnya cuma pengen beresin Instagram feed gua yang ga ada estetik-estetiknya sama sekali. Terus tiba-tiba kepikiran ini blog.

Merasa berdosa banget gua punya blog tapi kaga diurus haha. So, well, as the first step, gua melakukan sedikit modifikasi di bagian judul blog sama color scheme template ini, sama mungkin bakalan nambah page About Me kali ya biar agak kece dikit.

Judul blog yang lama rasanya kayak gimanaaa gitu ya. Sama color sheme sebelum ini buat gua pribadi terlalu terang. Harapannya, color scheme sekarang bisa lebih soft dan nggak bikin mata cepat lelah.

Ke depannya mungkin gua juga bakalan beli domain, biar ada sedikit beban moral buat terus update ini blog, haha.


So as the first post after a while, gua bakalan cerita tentang pengalaman main ke Majalengka. Ke Situ Cipanten, tepatnya, di kecamatan Sindang.

As usual, when weekend comes, gua selalu berusaha untuk keluar dari rumah. Main ke mana gitu, atau ga kuliner. Cuz, bro, Senin sampe Jumat 8 jam depan komputer kalo ga ada refreshing sama sekali bisa stress ogud.

Untungnya, ada dua teman gua yang mostly kalo diajak main atau kuliner ke mana, 99% selalu menjawab “gass”, “kuy”, “hayu”, dan sebagainya. Sebut aja nama mereka Jembar dan Rofie.

Dan hal ini pun berlaku untuk kali ini. Tepatnya minggu kemarin. Berbekal perbincangan ketika nongki di kedai martabak Amaii (ada IG nya juga loh, @martabakamaii) dan di WhatsApp beberapa waktu sebelumnya, akhirnya Minggu pagi, sekitar jam setengah 9 pagi, kami berangkat ke Situ Cipanten.

Sekalian sumori, lumayan.

Sepanjang perjalanan, beberapa kali mata kami dimanjakan oleh pemandangan alam. Salah satunya adalah pemandangan Gunung Ciremai. Yup, gunung tertinggi di Jawa Barat.

Cuma keliatan puncaknya, but still soo beautiful. Sumber: dokumentasi pribadi

Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam. Setelah melewati tanjakan, turunan, jalan berkelok, dan lubang jalan yang unexpected (literally unexpected, like how could there’s a hole when the road seems to be so seamless?), kami tiba di lokasi sekitar pukul setengah 12.

Kesan pertama kami saat itu adalah: WOW. Ngeliat air yang bening kebiruan, di bawahnya banyak ikan, luas pula. Kereeen.

Biaya masuk ke sini pun cukup terjangkau. Karena kami pake motor, 2 motor biayanya 25 ribu. Keitungnya per motor berarti tiket masuk 10 ribu dan parkir 2.500. Dengan tiket masuk segitu, menurut gua pribadi worth it banget karena bisa dapet view seperti di atas.

Tapi, 12.500 itu cuma tiket masuk plus parkir ya. Masih banyak pretelan lainnya. Contohnya adalah pelampung. Berenang di sini wajib pake pelampung gais. 1 pelampung harga sewanya 10 ribu, dan itu sepuasnya, ga dibates jam.

Setelah jajan cilor (aci telor), kami nyari spot buat nyimpen barang-barang dan pakaian, ngabisin cilor, pake pelampung, dan nyemplung ke Situ. Oiya, Situ Cipanten ini memang terletak di dataran tinggi. Jadi, airnya pun seger banget. Dingin-dingin gitu, ala-ala air pegunungan (emang air pegunungan sih). Rasanya penat selama perjalanan menuju ke tempat ini langsung terbayarkan.

Selain pelampung, ada juga biaya tambahan kalo kita pengen nyoba fasilitas-fasilitas lainnya. Karena kami nggak nyoba fasilitasnya satu-satu, gua kutip harganya dari web ini ya.

FasilitasHarga
Wahana PerahuRp 5.000
Wahana Sepeda GantungRp 20.000
Bebek GoesRp 20.000 per 20 menit
Foto Kapal TitanicRp 2.500
Foto Jembatan CintaRp 2.500

Di sini juga kita bisa memberi pakan ikan yang hidup di Situ. Pakan ikan bisa dibeli di warung yang ada di kawasan Situ dengan harga 2 ribu saja.

Ini foto waktu kita hendak mau pulang. Dibuang sayang, jadi gua simpen aja di sini.


On our way back home, langit Majalengka udah keliatan mendung banget. Sebenernya pas kita nyampe ke Situ Cipanten juga udah mendung sih. Akhirnya, setelah isi bensin, kami memutuskan untuk memakai jas hujan, khawatir di perjalanan hujan deras turun.

Gerimis turun, ditambah kabut cukup tebal. Kami menepi sebentar untuk sekedar mengabadikan momen yang jarang ini. Iyalah, terakhir kabut turun di Ciamis itu awal bulan Desember, tengah malem pula dan itu pun nggak setebal di Majalengka.

Seperti biasa, edisi dibuang sayang 😬

Sesampainya di Kawali, kami mampir dulu ke Rumah Makan Haji Abas. Letaknya ga jauh dari situs Astana Gede, sekitar 6 menit pake kendaraan.

Rumah makan ini cukup terkenal karena harganya terjangkau. Banget. Gua pribadi udah beberapa kali ke sini bareng orang tua sama kakak gua juga, sementara Jembar dan Rofie belum pernah sama sekali. Sekalian makan sore, karena perut juga udah nendang-nendang bun.

Gua beli nasi (lumayan banyak), ayam 1, ikan cere tepung goreng 1 porsi, tempe cingcang 1 porsi, cuma 12 ribu. Perut kenyang, dompet tenang, hati pun senang.

Setelah makan dan shalat ashar, kami kembali melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah, kami tiba kembali di Ciamis dengan selamat sentosa ketika adzan maghrib berkumandang.